Kejang Demam
DOI:
https://doi.org/10.56260/sciena.v1i4.62Keywords:
— Kejang demam, EEG, LaboratoriumAbstract
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang timbul akibat kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38̊ C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranial. Beberapa faktor yang berperan menyebabkan kejang demam antara lain adalah demam, demam setelah imunisasi DPT dan morbili, efek toksin dari mikroorganisme, respon alergi atau keadaan imun yang abnormal akibat infeksi, perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit. Kejang demam sederhana adalah kejang yang berlangsung kurang dari 15 menit, kejang tonik klonik umum, sembuh spontan, tanpa kejang fokal, dan tidak berulang dalam 24 jam. Kejang demam tipe ini adalah 80% di antara seluruh kejang demam. Kejang demam kompleks adalah kejang fokal atauparsial, berlangsung lebih dari 15 menit, berulang dalam 24 jam, didapatkan abnormalitas status neurologi. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan atas indikasi misalnya darah perifer, elektrolit, dan gula darah. Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam
References
. Rini, Anisa Septa. Kejang Demam. Lampung: FK Universitas Lampung. 2016;4(4). diunduh dari www.happyslide.top pada 25 Juni 2017.
. Nindela, Rini dkk. Karakteristik Penderita Kejang Demam di Instalasi Rawat Inap Bagian Anak Rumah Sakit Muhammad Hosesin Palembang. Palembang: Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2014;1(1). diunduh dari www.ejurnal.unsri.ac.id pada 27 Maret 2017.
. Helmi, Muhamad & Alifiani Hikmah Putranti. Perbedaan Manifestasi Klinis Kejang Demam Pada Anak Anemia dengan Tanpa Anemia. Semarang: FK Undip. 2014. diunduh dari www.portalgaruda.org pada 6 Juni 2017.
. Fadila, Sara dkk. Hubungan Pemakaian Fenobarbittal Rutin dan Tidak Rutin Pada Anak Kejang Demam dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Padang: FK Unand. 2014. diunduh dari www.jurnal.fk.unand.ac.id pada 6 Juni 2017.
. Wardhani. Kejang Demam Sederhana Pada Anak Usia Satu Tahun. Lampung: FK Universitas Lampung. 2013;1(1). diunduh dari www.juke.kedokteran.unila.ac.id pada 25 Juni 2017.
. Purwanti, Okti Sri & Arina Maliya. Kegawatdaruratan Kejang Demam pada Anak. Surakarta: Berita Ilmu Keperawatan. 2008;1(1). diunduh dari www.happyslide.top pada 25 Juni 2017.
. RSUP. Dr. M. Djamil Padang. Laporan Rekam Medik Tentang Kejang Demam tahun 2014-2017. 2017.
. Lumbantobing, S. M. Kejang Demam (Febrile Convulsions). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1995. h. 4-5.
. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 2. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI. 1985. h. 847-54.
. Fuadi dkk. Faktor Risiko Bangkitan Kejang Demam pada Anak. Semarang: Sari Pediatri. 2010.;12(3). diunduh dari www.saripediatri.org pada 12 Juni 2017.
. Ismael, Sofyan & Taslim S. Soetomenggolo. Buku Ajar Neurologi Anak. Cetakan ke-2. Jakarta: BP IDAI. 1999. h. 244-51.
. Ismael, Sofyan dkk. Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam. Cetakan pertama. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2016. h. 1-11.
. Gunardi, Hartono dkk. Kumpulan Tips Pediatri. Edisi 2. dalam Irawan Mangunatmadja, Kejang Demam Apakah Menakutkan?. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2011. h. 191-2.
. Gunardi, Hartono dkk. Kumpulan Tips Pediatri. Edisi 2. dalam Dwi Putro Widodo, Konsensus Tata Laksana Kejang Demam. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2011. h. 193-201.
. Weiner, Howard L. & Lawrence P. Levitt. Buku Saku Neurologi. Edisi 5. Jakarta: EGC. 2001. h. 203-5.
. Behrman, Richard E. & Victor C. Vaughan III. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 12. Jakarta: EGC. 1992. h. 337-9.
. Behrman, Richard E. dkk. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15 Volume 3. Jakarta: EGC. 2000. h. 2059-60.
. Schwartz, M. Wiliam. Pedoman Klinis Pediatri. Cetakan I. Jakarta: EGC. 2005. h. 660-1.
. Marcdante, Karen J., dkk. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi ke-6. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2014. h. 740-1.
. Dasmayanti, Yulia dkk. Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Kejang Demam pada Anak Usia Balita. Banda Aceh: Sari Pediatri. 2015;16(5). diunduh dari www.saripediatri.org pada 12 Juni 2017.
. Purnasiwi, Dewi dkk. Faktor Risiko Kejadian Kejang Demam Pada Anak di Instalasi Rawat Inap RS. Bethesda Yogyakarta. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Keperawatan, FK UGM. 2008;3(2). diunduh dari www.jurnal.ugm.ac.id pada 25 Juni 2017.
. Gunawan, Prasatya Indra & Darto Saharso. Faktor Risiko Kejang Demam Berulang pada Anak. Semarang: FK Undip. 2012;46(2). diunduh dari www.ejournal.undip.ac.id pada 25 Juni 2017.
. Yunita, Vivit Erdina dkk. Gambaran Faktor yang Berhubungan dengan Timbulnya Kejang Demam Berulang pada Pasien yang Beobat di Poliklinik Anak RS. DR. M. Djamil Padang Periode Januari2010 – Desember 2012. Padang: Jurnal Kesehatan Andalas. 2016. diunduh dari www.jurnal.fk.unand.ac.id pada 2 september 2017.
. Nurindah, Dewi dkk. Hubungan Antara Kadar Tumor Necrosis Factor-Alpha (TNF-α) Plasma dengan Kejang Demam Sederhana pada Anak. Brawijaya: Jurnal Kedokteran Brawijaya. 2014;28(2). diunduh dari www.portalgaruda.org pada 6 Juni 2017.
. Arief, Rifqi Fadly. Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta: Jurnal Kedokteran. 2015;42(9). diunduh dari www.portalgaruda.org pada 6 Juni 2017.
. Kakalang, Jenyfer P. Profil Kejang Demam di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari 2014 – Juni 2016. Manado: FK Universitas Sam Ratulangi Manado. 2016;4(2). diunduh dari www.juke.kedokteran.unila.ac.id pada 25 Juni 2017.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2022 Debie Anggraini, Dita Hasni

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.