Lesi Litik Punched-Out pada Tengkorak

Laporan Kasus Granuloma Eosinofilik dengan Temuan Radiologi dan Histopatologi

Authors

  • Zulda Musyarifah RSUP Dr. M. Djamil, Padang, Indonesia/ Univeristas Andalas, Padang, Indonesia
  • Meta Zulyati Oktora Universitas Baiturrahmah, Padang, Indonesia
  • Rahmi Ramadhani Univeristas Andalas, Padang, Indonesia
  • Tiara Febrina RSUP Dr. M. Djamil Padang, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.56260/sciena.v4i2.199

Keywords:

Granuloma Esosinofilik, Histopatologi, Radiologi, Imunohistokimia

Abstract

Latar Belakang: Granuloma eosinofilik (EG) adalah bentuk terlokalisasi dari Langerhans Cell Histiocytosis (LCH), suatu kelainan langka yang ditandai oleh proliferasi klonal sel Langerhans. Tengkorak merupakan salah satu tulang yang paling sering terkena, di mana EG muncul sebagai lesi litik berbatas jelas ("punched-out") yang dapat menyerupai kondisi patologis lainnya. Diagnosis yang akurat memerlukan korelasi antara temuan klinis, radiologis, dan histopatologis. Laporan Kasus : seorang anak perempuan berusia 8 tahun yang datang dengan massa tidak nyeri di tengkorak. Pasien menjalani pemeriksaan radiologi, termasuk CT-scan dengan kontras, yang dilanjutkan dengan biopsi bedah dan pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan imunohistokimia (IHC) dilakukan untuk mengonfirmasi diagnosis, dengan penekanan pada ekspresi Cyclin D1 sebagai penanda alternatif dalam kondisi dengan keterbatasan sumber daya. Pemeriksaan CT-scan dengan kontras menunjukkan lesi litik punched-out dengan komponen jaringan lunak di tulang frontal kiri, yang meluas hingga ke atap orbita. Pemeriksaan histopatologi menunjukkan infiltrasi padat sel Langerhans, dengan ukuran 12–15 mikron, sitoplasma eosinofilik pucat yang melimpah, inti tidak teratur dan memanjang dengan lekukan dan lipatan nukleus yang menonjol, kromatin halus, serta nukleolus yang tidak mencolok. Latar belakang inflamasi mengandung banyak eosinofil, sel raksasa multinukleasi, dan pembentukan tulang reaktif. Pemeriksaan IHC menunjukkan ekspresi positif Cyclin D1, yang mendukung diagnosis granuloma eosinofilik. Kesimpulan : Kasus ini menyoroti pentingnya integrasi antara temuan radiologis dan histopatologi untuk memastikan diagnosis yang akurat pada lesi tengkorak pediatrik akibat granuloma eosinofilik. Korelasi antara gejala klinis, pemeriksaan radiologi, dan histopatologi sangat diperlukan. Mengenali morfologi sel Langerhans merupakan aspek krusial dalam diagnosis histopatologi. Pemeriksaan IHC diperlukan untuk mengonfirmasi asal sel tumor, dan Cyclin D1 dapat digunakan sebagai penanda alternatif yang berguna. Penilaian terpadu ini memungkinkan klasifikasi yang lebih akurat, sehingga dapat membimbing penatalaksanaan klinis yang tepat.

Author Biographies

Zulda Musyarifah , RSUP Dr. M. Djamil, Padang, Indonesia/ Univeristas Andalas, Padang, Indonesia

KSM Patologi Anatomik/ Departemen Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran,

Meta Zulyati Oktora, Universitas Baiturrahmah, Padang, Indonesia

Departemen Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran

Rahmi Ramadhani, Univeristas Andalas, Padang, Indonesia

Departemen Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran

Tiara Febrina, RSUP Dr. M. Djamil Padang, Indonesia

KSM Radiologi

References

. 1. Allen CE, Ladisch S, McClain KL. How I treat Langerhans cell histiocytosis. Blood. 2015 Jul;126(1):26–35.

. 2. Cochrane L-A, Prince M, Clarke K. Langerhans’ cell histiocytosis in the paediatric population: presentation and treatment of head and neck manifestations. J Otolaryngol. 2003 Feb;32(1):33–7.

. 3. Zhao SS, Yan LF, Feng XL, Du P, Chen BY, Dong WT, et al. Incidence and radiological pattern of eosinophilic granuloma: A retrospective study in a Chinese tertiary hospital. J Orthop Surg Res. 2019;14(1):1–8.

. 4. Dukmak ON, Abualia SMS, Meqbil YJI, Emar M, Basal SI, Itaidek S. Eosinophilic granuloma affecting the parietal bone of the skull: A case report and literature review. Int J Surg Case Rep [Internet]. 2022;96(May):107371. Available from: https://doi.org/10.1016/j.ijscr.2022.107371

. 5. Inci MF, Inci R, Ozkan F. Multidetector CT findings of calvarial eosinophilic granuloma. BMJ Case Rep. 2013;1–3.

. 6. Ardekian L, Peled M, Rosen D, Rachmiel A, El-Naaj IA, Laufer D. Clinical and radiographic features of eosinophilic granuloma in the jaws: Review of 41 lesions treated by surgery and low-dose radiotherapy. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod. 1999;87(2):238–42.

. 7. Davis TA, Mosquea TRJ, Belzarena AC. Multifocal eosinophilic granuloma with femoral epiphyseal lesion mimicking an aneurysmal bone cyst. Radiol Case Reports [Internet]. 2022;17(11):4176–82. Available from: https://doi.org/10.1016/j.radcr.2022.08.024

. 8. Angelini A, Mavrogenis AF, Rimondi E, Rossi G, Ruggieri P. Current concepts for the diagnosis and management of eosinophilic granuloma of bone. J Orthop Traumatol. 2017;18(2):83–90.

. 9. Harmon CM, Brown N. Langerhans cell histiocytosis a clinicopathologic review and molecular pathogenetic update. Arch Pathol Lab Med. 2015;139(10):1211–4.

. 10. Stålemark H, Laurencikas E, Karis J, Gavhed D, Fadeel B, Henter J-I. Incidence of Langerhans cell histiocytosis in children: a population-based study. Pediatr Blood Cancer. 2008 Jul;51(1):76–81.

. 11. Sconocchia T, Foßelteder J, Sconocchia G, Reinisch A. Langerhans cell histiocytosis: current advances in molecular pathogenesis. Front Immunol. 2023;14(October):1–13.

. 12. Shanmugam V, Craig JW, Hornick JL, Morgan EA, Pinkus GS, Pozdnyakova O. Cyclin D1 Is Expressed in Neoplastic Cells of Langerhans Cell Histiocytosis but Not Reactive Langerhans Cell Proliferations. Am J Surg Pathol. 2017 Oct;41(10):1390–6.

Downloads

Published

2025-03-03

How to Cite

Musyarifah , Z. ., Oktora, M. Z., Ramadhani, R. ., & Febrina, T. . (2025). Lesi Litik Punched-Out pada Tengkorak: Laporan Kasus Granuloma Eosinofilik dengan Temuan Radiologi dan Histopatologi. Scientific Journal, 4(2), 63–69. https://doi.org/10.56260/sciena.v4i2.199