Mycosis Fungoides dengan Gambaran Klinis Eritroderma yang Menyerupai Dermatitis Seboroik

Authors

  • Tofrizal Andalas University, Padang, West Sumatra, Indonesia/Dr.M Djamil General Hospital, Padang, West Sumatra, Indonesia
  • Pamelia Mayorita Andalas University, Padang, West Sumatra, Indonesia/ Dr.M Djamil General Hospital, Padang, West Sumatra, Indonesia
  • Julpa Nurul Aini Andalas University, Padang, West Sumatra, Indonesia
  • Maisyah Nelzima Andalas University, Padang, West Sumatra, Indonesia
  • Meta Zulyati Oktora Baiturrahmah University, Padang, West Sumatra, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.56260/sciena.v4i2.200

Keywords:

Mycosis fungoides, eritroderma, dermatitis seboroik, Cutaneous T-cell Lymphoma, imunohistokimia

Abstract

Mycosis fungoides (MF) merupakan limfoma T-sel kulit primer yang paling sering ditemukan, termasuk dalam kategori Cutaneous T-cell Lymphomas (CTCL). MF ditandai dengan proliferasi sel T epidermotropik yang sebagian besar terdiri dari sel CD4+. Penyakit ini memiliki perjalanan klinis yang umumnya lambat, diawali dengan lesi berupa patch atau plak eritematosa yang secara bertahap dapat berkembang menjadi tumor atau eritroderma pada stadium lanjut. Eritroderma, yang melibatkan lebih dari 80% permukaan kulit, sering kali sulit dibedakan dari dermatitis inflamasi lainnya, seperti dermatitis seboroik, psoriasis, atau penyakit sistemik lainnya. Oleh karena itu, pengenalan dini dan diagnosis akurat sangat penting untuk menentukan terapi yang tepat dan memperbaiki prognosis pasien. Laporan ini memaparkan kasus seorang pria berusia 53 tahun dengan gejala eritroderma yang awalnya menyerupai dermatitis seboroik. Pemeriksaan fisik dan laboratorium awal menunjukkan adanya lesi kulit meluas disertai skuama kasar, sehingga diduga eritroderma akibat Cutaneous T-cell Lymphoma (CTCL). Hasil biopsi eksisi kulit mengungkapkan infiltrasi sel limfosit atipikal yang menunjukkan epidermotropisme dan pembentukan Pautrier microabscesses, yang mengarah pada diagnosis MF. Pemeriksaan imunohistokimia menunjukkan hasil positif untuk CD3 dan CD4, yang semakin memperkuat diagnosis tersebut. Pasien direncanakan menjalani kemoterapi sebanyak enam siklus, namun pada saat akan menjalani kemoterapi siklus ketiga, kondisi pasien memburuk dengan penurunan kesadaran akibat hiponatremia dan komplikasi lain, hingga akhirnya meninggal dunia. Diagnosis MF pada tahap awal sering kali menjadi tantangan karena manifestasi klinisnya yang menyerupai penyakit kulit inflamasi lainnya. Oleh karena itu, kombinasi pemeriksaan klinis, histopatologi, dan imunohistokimia sangat diperlukan untuk membedakan MF dari diagnosis banding lainnya. Penatalaksanaan yang tepat dan pemantauan jangka panjang menjadi kunci dalam memperbaiki prognosis pasien, terutama pada stadium lanjut MF yang memerlukan terapi sistemik agresif.

Author Biographies

Tofrizal, Andalas University, Padang, West Sumatra, Indonesia/Dr.M Djamil General Hospital, Padang, West Sumatra, Indonesia

Department of Anatomical Pathology, Faculty of Medicine /Department of Anatomical Pathology

Pamelia Mayorita, Andalas University, Padang, West Sumatra, Indonesia/ Dr.M Djamil General Hospital, Padang, West Sumatra, Indonesia

Department of Anatomical Pathology, Faculty of Medicine/ Department of Anatomical Pathology, 

Julpa Nurul Aini, Andalas University, Padang, West Sumatra, Indonesia

Department of Anatomical Pathology, Faculty of Medicie

Maisyah Nelzima, Andalas University, Padang, West Sumatra, Indonesia

Department of Anatomical Pathology, Faculty of Medicine

Meta Zulyati Oktora, Baiturrahmah University, Padang, West Sumatra, Indonesia

Department of Anatomical Pathology, Faculty of Medicine,

References

. Hodak E, Amitay-Laish I. Mycosis fungoides: A great imitator. Clin Dermatol 2019; 37: 255–267.

. Miyagaki T. Diagnosis of Early Mycosis Fungoides. Diagnostics (Basel, Switzerland); Epub ahead of print September 2021. DOI:10.3390/diagnostics11091721

. Guglielmo A, Patrizi A, Bardazzi F, et al. Erythroderma: psoriasis or lymphoma? A diagnostic challenge and therapeutic pitfall. Ital J dermatology Venereol 2022; 157: 154–157.

. Miyashiro D, Sanches JA. Mycosis fungoides and Sézary syndrome: clinical presentation, diagnosis, staging, and therapeutic management. Front Oncol 2023; 13: 1141108.

. Bagot M, Stadler R. Cutaneous Lymphoma. In: Kang S, Amagai M, Bruckner AL, et al. (eds) Fitzpatrick’s Dermatology, 9e. New York, NY: McGraw-Hill

. Leboit PE, Burg G, Weedon D. WHO Classification of Tumours of Haematopoietic and Lymphoid Tissues. 4th ed. Lyon: International Agency for Research on Cancer (IARC), 2017.

. Soliman SH, Ramadan WM, Elashmawy AA, et al. Dermoscopy in the Diagnosis of Mycosis Fungoides: Can it Help? Dermatol Pract Concept; 13. Epub ahead of print October 2023. DOI: 10.5826/dpc.1304a284.

. Cerroni L. Mycosis fungoides-clinical and histopathologic features, differential diagnosis, and treatment. Semin Cutan Med Surg 2018; 37: 2– 10.

. Elder D, Massi D, Scolyer R, et al. (eds). WHO Classification of Skin Tumours. 4th ed. Lyon: International Agency for Research on Cancer (IARC), 2018.

. Leboit PE, Burg G, Weedon D. WHO Classification of Tumours of Haematopoietic and Lymphoid Tissues. 4th ed. Lyon: International Agency for Research on Cancer (IARC), 2017.

. Trautinger F, Eder J, Assaf C, et al. European Organisation for Research and Treatment of Cancer consensus recommendations for the treatment of mycosis fungoides/Sézary syndrome - Update 2017. Eur J Cancer 2017; 77: 57–74.

Downloads

Published

2025-03-03

How to Cite

Tofrizal, Mayorita, P. ., Aini, J. N. ., Nelzima, M. ., & Oktora, M. Z. (2025). Mycosis Fungoides dengan Gambaran Klinis Eritroderma yang Menyerupai Dermatitis Seboroik. Scientific Journal, 4(2), 70–75. https://doi.org/10.56260/sciena.v4i2.200